Senin, 12 Maret 2012

rumah murah

VIVAnews - Pemerintah terus menggenjot pembangunan rumah supermurah untuk masyarakat berpendapatan kecil. Salah satunnya, pembangunan rumah murah seharga Rp25 juta per unit.Hal ini ditandai dengan kerjasama Kementerian Perumahan Rakyat dengan Kementerian Pertahanan untuk membangun rumah murah khusus bagi purnawirawan.Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan, rumah supermurah itu bisa dibangun, asal tanahnya dari Kementerian Pertahanan. "Itu saja harus tanah hibah," kata Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz saat ditemui di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Senin 12 Maret 2012.Djan menjelaskan, dalam kerjasama dengan Kementerian Pertahanan, peran Menpera hanya menganggarkan fasilitas kredit dari perbankan. Sedangkan yang membangun tetap pengembang.Mengenai kredit, rumah dengan luas 36 meter per segi ini hanya membutuhkan uang muka Rp2,5 juta. Bila cicilannya selama 15 tahun, purnawirawan cukup mencicil Rp200 ribu per bulan. "Murah kan?" ujar Djan.Namun, Djan melanjutkan, bagi perumahan yang tidak menggunakan tanah hibah, Kementerian tetap akan mematok Rp75 juta per unit. Harga rumahnya Rp25 juta, dan Rp50 juta harga tanah. Harga ini khusus di daerah, di luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. "Sedangkan untuk Jabodetabek harganya lebih mahal lagi," katanya. (adi)• VIVAnews 
Published with Blogger-droid v1.7.4

Sabtu, 10 Maret 2012

Inflasi dan Kenaikan Harga Hanya Sementara

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) yakin, kenaikan harga dan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, pasar juga harus diyakinkan bahwa inflasi tidak berkelanjutan.

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengemukakan hal itu di Jakarta, Jumat (9/3/2012).

"Agar mereka yakin kita harus berikan sinyal, gimana? Bahwa dana-dana jangka pendek sebaiknya jangan terlalu berlebih," kata Halim.

BI lebih menitikberatkan pada penyerapan dana jangka pendek lebih banyak. Meski demikian, dana jangka panjang juga diharapkan tetap tersedia.

Dalam jangka pendek tekanan permintaan jangan terlalu besar, sehingga dalam jangka menengah dan jangka panjang akan kembali lagi.

"Pertumbuhan ekonomi 6,5 persen, inflasinya balik rendah lagi," kata Halim.

BI menargetkan inflasi tahun ini pada kisaran 3,5-5,5 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,3-6,7 persen.

'>JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) yakin, kenaikan harga dan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, pasar juga harus diyakinkan bahwa inflasi tidak berkelanjutan.

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengemukakan hal itu di Jakarta, Jumat (9/3/2012).

"Agar mereka yakin kita harus berikan sinyal, gimana? Bahwa dana-dana jangka pendek sebaiknya jangan terlalu berlebih," kata Halim.

BI lebih menitikberatkan pada penyerapan dana jangka pendek lebih banyak. Meski demikian, dana jangka panjang juga diharapkan tetap tersedia.

Dalam jangka pendek tekanan permintaan jangan terlalu besar, sehingga dalam jangka menengah dan jangka panjang akan kembali lagi.

"Pertumbuhan ekonomi 6,5 persen, inflasinya balik rendah lagi," kata Halim.

BI menargetkan inflasi tahun ini pada kisaran 3,5-5,5 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,3-6,7 persen.

Published with Blogger-droid v1.7.4